BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Uang
merupakan sesuatu benda yang diterima secara umum oleh masyarakat yang telah mengalami proses perkembangan
yang panjang, sehingga untuk melakukan transaksi ekonomi tidak mengalami
kesulitan, karena salah satu fungsi dari uang adalah sebagai standar nilai,
maka seluruh barang atau jasa dinilai dengan satuan uang. Uang merupakan unsur
terpenting dalam suatu sistem perekonomian modern. Kehadiran uang sudah
melembaga dalam masyarakat, sehingga segala aktivitas masyarakat dipengaruhi,
diukur dan banyak ditentukan oleh uang.
Berkaitan
dengan uang kita tidak terlepas dari teori moneter yaitu teori permintaan dan
penawaran uang. Dalam kajian mengenai teori permintaan dan penawaran uang, ada
beberapa golongan yang berpendapat. Pertama golongan kaum Klasik antara lain John Babtis Say, Irving Fisher dan
A. Marshall. Golongan ini menganggap bahwa uang tidak
memiliki pengaruh terhadap sektor riil, suku bunga, kesempatan kerja dan
pendapatan nasional.
Yang
kedua golongan Keynesian, adalah suatu teori ekonomi yang
didasarkan pada ide ekonom Inggris abad ke-20, John Maynard Keynes.Keynes dalam
bukunya yang berjudul “The General Theory of Employment, Interest and
Money”, 1936 melakukan kritik terhadap teori Klasik. Menurut keynes,
mekanisme pasar tidak secara otomatis menciptakan Full Employment dalam
perekonomian. Serta
teori moneter Keynesian menyatakan bahwa tingkat bunga sangat
berpengaruh terhadap perilaku masyarakat untuk memilih memegang uang tunai atau
surat-surat berharga.
Dalam
perekonomian, jumlah permintaan uang tiap tahunnya selalu mengalami perubahan
yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dinyatakan oleh kedua golongan
tersebut. Terutama pada jumlah uang kuasi, yang meliputi tabungan, giro dan
deposito baik yang dalam bentuk rupiah maupun dalam bentuk valuta asing. Dengan
adanya kenaikan dan penurunan jumlah uang kuasi tersebut, mengakibatkan
terjadinya fluktuasi terhadap kondisi likuiditas perekonomian. Makalah ini akan
membahas perbedaan kedua teori moneter tersebut, berdasarkan pandangan dari
teori moneter yang ada.
I.2. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah mengetahui dan memahami secara mendalam mengenai
perbedaan teori moneter klasik dan modern.
I.3. Tinjauan Pustaka
A.
Teori Moneter Klasik
Tokoh
utama Teori Moneter Klasik antara lain John Babtis Say, Irving Fisher dan A.
Marshall. Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya, bahwa penawaran akan
selalu menciptakan permintaan (supply creates its own demand). Artinya, suatu
perekonomian tidak akan mengalami underemployment atau underconsumption
(Malthus). Pengeluaran total masyarakat akan selalu dapat mencukupi untuk
menunjang produksi pada keadaan kesempatan kerja penuh (full employment).
Potensi
output yang dapat dihasilkan tergantung pada tingkat teknologi dan banyaknya
faktor produksi tenaga kerja. Makin tinggi tingkat teknologi dan makin tinggi
jumlah serta kualitas tenaga kerja tingkat output potensial yang dapat
dihasilkan juga makin besar. Artinya, tingkat full employment output dapat
menjadi lebih besar. Keadan yang selalu full employment ini dapat tercapai
melalui bekerjanya mekanisme pasar, yang oleh Adam Smith disebut dengan
invisible hand.
Bila
seseorang ingin bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan, dia tentu akan
menurunkan upah yang dikehendakinya samapai ada pengusaha yang mau
mempekerjakannya. Demikian pula apabila terdapat pengusaha yang tidak dapat
menjual semua hasil produksinya, maka dia akan menurunkan harganya sampai
terjual habis.
Upah
dan harga yang bebas berubah akan menjamin selalu terdapatnya keseimbanagn
dalam pasar tenaga kerja dan pasar barang sebagai hasilsaling mempengaruhinya
antara permintaan dan penawaran melalui prinsip laissez faire (bebas, tanpa ada
campur tangan pemerintah)
Tetapi
Malthus menyangah argumentasi di atas dengan mengatakan bahwa meskipun produksi
barang dan jasa tersebut menimbulkan pendapatan dalam jumlah yang sama dengan
nilai total barang dan jasa, namun tidak dapat dipastikan bahwa pengeluaran
untuk pembelian mesti sama dengan nilai barang dan jasa tersebut.
Penawaran
memang akan menciptakan tenaga beli, namun belum menciptakan pengeluaran dengan
jumlah yang sama.Misalnya jika masyarakat menabung terlalu banyak dari
pendapatannya (lebih banyak dibandingkan dengan keinginan perusahaan untuk
melakukan investasi), maka ada sebagian produksi yang tidak terjual.
Akibatnya
pengusaha akan memperkecil volume produksi, sehngga akan terjadi pengangguran.
Pengusaha akan terus mengurangi produksinya sampai sisa yang tidak terjual itu
habis semua, sehingga pendapatan akan menjadi lebih rendah daripada semula.
Sedang
menurut ekonomi klasik, adanya tabungan masyarakat tersebut tidak berarti dana
hilang dari peredaran, tetapi dipinjam atau dipakai oleh pegusaha untuk
membiayai investasinya. Penabung mendapatkan bunga atas tabungannya, sedang
pengusaha bersedia membayar bunga tersebut selama harapan keuntungan yang
diperoleh dari investasi lebih besar dari bunga tersebut.
Adanya
kesamaan antara tabungan dengan investasi (tabungan meningkat = investasi
meningkat), adalah sebagai akibat bekerjanya mekanisme tingkat bunga. Tingkat
bunga akan berfluktusi sehingga keinginan investasi perusahaan samadengan
keinginan menabung masyarakat.
+ komentar + 1 komentar
terimakasih banyak, sangat menarik sekali...
Post a Comment