PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Komunikasi Non-Verbal
Secara sederhana komunikasi nonverbal dapat didefinisikan
sebagai berikut: non berarti tidak, verbal bermakna
kata-kata (words), sehingga komunikasi nonverbal dimaknai sebagai
komunikasi tanpa kata-kata.
Menurut Adler dan Rodman dalam
bukunya Understanding Human Communication, batasan yang sederhana
tersebut merupakan langkah awal untuk membedakan apa yang disebssut dengan vocal
communication yaitu tindak komunikasi yang menggunakan mulut dan verbal
communication yaitu tindakan komunikasi yang menggunakan kata-kata.
Dengan demikian definisi kerja dari komunikasi nonverbal
adalah pesan lisan dan bukan lisan yang dinyatakan melalui alat lain di luar
alat kebahasaan (oral and nonoral messages expressed by other than
linguistic means).
2.2 Teori-Teori
Komunikasi Non-Verbal
Kajian pertama
mengenai komunikasi nonverbal ditermukan pada zaman Aristoteles (400-600 SM).
Namun studi ilmiahnya yang berkaitan dengan retorika, baru dilakukan pada zaman Yunani dan
Romawi Kuno. Dalam perkembangan berikutnya dikenal tokoh-tokoh seperti:
•
Cicero dengan karyanya PRONUNTIATIO atau cara berpidato
dengan memanfaatkan
elemen-elemen nonverbal (public
speaking);
•
Joshua Steele dengan studi tentang
komunikasi nonverbal pada suara sebagai suatu instrument
yang disebut PROSODY (bahasa dalam
drama atau puisi dapat dibaca hampir seperti notasi
musik);
•
Gilbert Austin dengan studi tentang
gerakan-gerakan badan yang dihubungkan dengan
bahasa, yang disebut sebagai
ELOCUTIONARY SYSTEM (seni deklamasi).
•
Francois Delserte yang menggabungkan
suara dan gerakan2 badan sekaligus yang
merupakan agents of heart.
2.3 Jenis-Jenis Komunikasi
Non-Verbal
1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada
pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya.
Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan
antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan
perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah
satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan
pertama timbul dalam 20 detik sampai 4menit pertama. Delapan puluh empat persen
dari kesan terhadap seserang berdasarkan
penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik,
cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekrjaan,
agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya
dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik
perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang
diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan
seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan
perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa
percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
3. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak
yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat
secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya
ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa
tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
4. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam
keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah,
jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah
sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal.
Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang
mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang
dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat
sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh
karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak
dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
5. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan
sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan
informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien.
Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau
fraktur.
6. Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan
perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting
dalam hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika
membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika
memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian.
Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat
untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan
sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan
bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu
diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh
klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.
7. Proxemik
Proxemik atau bahasa ruang, yaitu jarak
yang Anda gunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat
atau lokasi posisi Anda berada. Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh atau
seberapa dekat tingkat keakraban Anda dengan orang lain, menunjukkan seberapa
besar penghargaan, suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain,
selain itu juga menunjukkan simbol sosial. Dalam ruang personal, dapat
dibedakan menjadi 4 ruang interpersonal :
·
Jarak intim (0-45cm)
Jarak
dari mulai bersentuhan sampai jarak satu setengah kaki. Biasanya jarak ini
untuk bercinta, melindungi, dan menyenangkan.
·
Jarak personal (75-120cm)
Jarak
yang menunjukkan perasaan masing - masing pihak yang berkomunikasi dan juga
menunjukkan keakraban dalam suatu hubungan, jarak ini berkisar antara satu
setengah kaki sampai empat kaki.
·
Jarak sosial (120-210 atau 210-360
formal)
Dalam
jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran orang lain, karena itu dalam
jarak ini pembicara berusaha tidak mengganggu dan menekan orang lain,
keberadaannya terlihat dari pengaturan jarak antara empat kaki hingga dua belas
kaki.
·
Jarak publik (360-450 cm)
Jarak publik yakni berkisar antara dua belas kaki
sampai tak terhingga.
8. Kontak Mata
Kontak mata merupakan alat komunikasi
nonverbal paling penting. Hal ini memungkinkan Anda untuk berhubungan dengan
audiens dalam memproyeksikan kesungguhan dan keterbukaan, dan menjaga
perhatiannya. Apakah kontak mata Anda agresif, apakah lunak, apakah itu
mengundang, apakah Anda dapat mengasihi dengan mata? Kontak mata adalah seni
namun sangat sulit untuk menguasainya, tetapi penting untuk menghasilkan
komunikasi yang efektif.
Kontak mata memberikan informasi sosial
terhadap orang yang Anda ajak mendengarkan dan berbicara. Terlalu banyak kontak
mata akan dipandang sebagai seseorang yang agresif, kontak mata Anda yang
terlalu sedikit, dapat dipandang sebagai seseorang yang tidak memiliki
kepentingan didepan lawan bicara Anda.
9. Paralanguage
Merupakan suara-suara/vokal nonverbal
yang merupakan aspek-aspek dari percakapan, seperti kecepatan berbicara:
volume, ritme; bentuk-bentuk vokal: tertawa, pekikan, rintihan, uh, ahh, dan
sebagainya.
10. Diam
Diam bukan berarti tidak melakukan
komunikasi. Diam dapat
diartikan sebagai berikut:
·
Memberi kesempatan berpikir
·
Menyakiti
·
Mengisolasi diri sendiri
·
Mencegah komunikasi
·
Mengkomunikasikan perasaan
·
Tidak menyampaikan sesuatupun
2.4 Fungsi Komunikasi Non-Verbal
1.
Repetisi
Perilaku
nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal. Misalnya, Anda menganggukkan
kepala ketika mengatakan "Ya," atau menggelengkan kepala ketika
mengatakan "Tidak," atau menunjukkan arah (dengan telunjuk) ke mana
seseorang harus pergi untuk menemukan WC.
2.
Subtitusi
Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi tanpa berbicara
Anda bisa berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, seorang pengamen
mendatangi mobil Anda kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun Anda
menggoyangkan tangan Anda dengan telapak tangan mengarah ke depan (sebagai kata
pengganti "Tidak").
Isyarat nonverbal yang menggantikan kata atau frasa inilah yang disebut emblem.
Isyarat nonverbal yang menggantikan kata atau frasa inilah yang disebut emblem.
3. Kontradiksi
Perilaku
nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal dan bisa
memberikan makna lain terhadap pesan verbal . Misalnya, Anda memuji
prestasi teman sambil mencibirkan bibir.
4.
Aksentuasi
Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya,
menggunakan gerakan tangan, nada suara yang melambat ketika berpidato. Isyarat
nonverball tersebut disebut affect display.
5.
Komplemen
Perilaku Nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya,
saat kuliah akan berakhir, Anda melihat jam tangan dua-tiga kali sehingga dosen
segera menutup kuliahnya.
6.
Regulasi
Gerak-gerik nonverbal dapat
mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan untuk mengatur pesan verbal. Misalnya mengerutkan bibir,
mencondongkan badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan
keinginan mengatakan sesuatu. Bisa juga mengangkat tangan atau menyuarakan
jenak (pause) (misalnya, dengan menggumamkan “umm”) untuk memperhatikan bahwa
anda belum selesai bicara.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_nonverbal#Variasi_budaya_dalam_komunikasi_nonverbal
http://michymatasa.blogspot.com/2013/11/contoh-komunikasi-verbal-dan-non-verbal.html
http://khusnia.wordpress.com/pengantar-ilmu-komunikasi/07-komunikasi-nonverbal/
http://lutfifauzan.wordpress.com/2009/11/19/komunikasi-non-verbal/
Post a Comment