BAB
II
PEMBAHASAN
II.1 Pengaruh
Inflasi
Pengaruh inflasi terhadap perekonomian adalah dapat mendorong
penanam modal spekulatif.
Ketika
inflasi terjadi, para pemilik modal cenderung lebih melakukan investasi
spekulatif, misalnya membeli rumah, tanah, menyimpan barang berharga. Daripada
melakukan investasi yang produktif.
Inflasi juga
dapat mengurangi kegairahan penanaman modal untuk mengembangkan usaha-usaha
produktif, Perbankan atau lembaga keuangan lainnya akan menaikkan tingkat bunga
pinjaman untuk menghindari kemerosotan nilai uang (modal) yang mereka
pinjamkan.
Menimbukan
ketidakpastian ekonomi di masa depan, Inflasi akan terus berkembang jika tidak
ditangani. Disamping itu, jika gagal mengendalikan inflasi akan menimbulkan
ketidakpastian ekonomi dan arah perkembangan ekonomi susah untuk diramalkan.
Menimbulkan
masalah neraca pembayaran, dimana Inflasi selalu menyebabkan harga barang impor
selalu lebih murah dari barang produksi luar negeri Dan arus modal keluar
negeri akan lebih cepat daripada ke dalam negeri, sehingga hal ini dapat
mengakibatkan kemerosotan nilai mata uang dan defisit neraca pembayaran.
Tidak hanya
itu, pengaruh inflasi juga dapat memberikan dapak terhadap individu
dan masyarakat. Dimana dampak tersebut seperti yang dijelaskan dibawah ini:
a.
Kesenjangan Distribusi Pendapatan
Saat
inflasi, nilai harga tetap (seperti tanah, rumah, dan bangunan pabrik) akan
mengalami kenaikan. Dan kondisi ini sangat menguntungkan bagi para pemilik
modal.
Sebaliknya
nilai pendapatan riil penduduk akan merosot, dengan demikian inflasi
memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan.
b.
Pendapatan Riil Merosot
Saat
Inflasi, harga naik mendahului kenaikan pendapatan Sedangkan sebagian tenaga kerja merupakan para pekerja berpenghasilan tetap Dengan demikian inflasi mengakibatkan kemerosotan pendapatan riil
masyarakat Berarti
kemakmuran masyarakat
menurun.
c. Nilai
Riil Tabungan Merosot
Saat
inflasi, deposito akan menurun Sehingga masyarakat yang memiliki uang tunai
tersebut akan dirugikan karena penurunan nilai riilnya. Dampak Inflasi dalam
Perekonomian
II.2
Perkembangan Inflasi
A. Inflasi
yang Terjadi di Indonesia
Seperti halnya yang terjadi pada ystem-negara berkembang pada umumnya,
fenomena inflasi di Indonesia masih menjadi satu dari berbagai “penyakit”
ekonomi makro yang meresahkan pemerintah terlebih bagi masyarakat. Memang,
menjelang akhir pemerintahan Orde Baru (sebelum krisis moneter) angka inflasi
tahunan dapat ditekan sampai pada single digit, tetapi secara umum masih
mengandung kerawanan jika dilihat dari seberapa besar prosentase kelompok
masyarakat golongan miskin yang menderita akibat inflasi. Lebih-lebih setelah
semakin berlanjutnya krisis moneter yang kemudian diikuti oleh krisis ekonomi,
yang menjadi salah satu dari penyebab jatuhnya pemerintahan Orde Baru, angka
inflasi cenderung meningkat pesat (mencapai lebih dari 75 % pada tahun 1998),
dan diperparah dengan semakin besarnya presentase golongan masyarakat miskin.
Sehingga bisa dikatakan, bahwa meskipun angka inflasi di Indonesia termasuk
dalam katagori tinggi, tetapi dengan meninjau presentase golongan masyarakat
ekonomi bawah yang menderita akibat inflasi cukup besar, maka sebenarnya dapat
dikatakan bahwa inflasi di Indonesia telah masuk dalam stadium awal dari
hyperinflation.
contoh
peristiwa Inflasi :
1. Pasca
Kenaikan Harga BBM subsidi
Baru –
baru ini Pemerintah Indonesia menaikkan harga BBM pada tanggal 21 Juni lalu.hal
ini membuktikan bahwa bangsa kita benar – benar mengalami masalah naiknya harga
BBM. Hal ini terjadi dikarenakan permintaan masyarakat akan konsumsi BBM
melambung tinggi sementara stock atau persediaan BBM semakin menipis. Berbagai
upaya telah pemerintah lakukan untuk mengatasi krisis BBM ini, awalnya
pemerintah melakukan pembatasan pengguna BBM subsidi.pembatasan ini dilakukan
pada BBM premium yang menjadi sasaran utama oleh Pemerintah kepada kendaraan
dinas. namun usaha ini dapat dikategorikan gagal karena terbukti masih banyak
kendaraan dinas yang menikmati BBM subsidi yaitu dengan cara membeli kepada
pedagang eceran sehingga BBM non subsidi kurang laku di pasaran. menanggapi
pemakaian BBM subsidi yang diukur masih tinggi, Pemerintah menaikkan harga BBM
atau mngurangi jatah subsidi yang diberikan oleh Pemerintah. Kenaikan harga BBM
memperberat beban hidup masyarakat terutama mereka yang berada di kalangan
bawah dan juga para pengusaha, karena kenaikan BBM menyebabkan turunnya daya
beli masyarakat dan itu akan mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil
produksi banyak perusahaan sehingga akan menurunkan tingkat penjualan yang pada
akhirnya juga akan menurunkan laba perusahaan.
Naiknya
harga BBM di ysteme diawali oleh naiknya harga minyak dunia. yang membuat
pemerintah tidak dapat menjual BBM kepada masyarakat dengan harga yang sama
dengan harga sebelumnya, karena hal itu dapat menyebabkan pengeluaran APBN
untuk subsidi minyak menjadi lebih tinggi. Maka pemerintah mengambil langkah
untuk menaikkan harga BBM.
Dan
untuk mengimbangi masalah melonjaknya harga BBM setiap tahunnya, pemerintah
mengeluarkan kebijakan subsidi BBM.Kebijakan subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak)
bertujuan mengatasi kelebihan beban APBN. Sebab jika tidak, APBN dipastikan
akan mengalami penurunan yang berdampak langsung pada mandeknya pembangunan
nasional.
Kenaikan
BBM ini menimbulkan berbagai dampak yaitu meningkatnya harga barang – barang
baik barang pokok maupun jasa.meskipun Pemerintah telah mengadakan program baru
sementara yang berupa BLSM kepada masyarakat miskin namun bantuan tersebut
tidak dapat menutupi keseluruhan kekurangan – kekurangan dana untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari mereka. bahkan terbukti terkadang BLSM tersebut masih
melenceng dari masyarakat miskin. banyak masyarakat miskin yang tidak menerima bantuan
tersebut. selain itu daya beli kebutuhan sehari – hari masyarakat berkurang
karena uang yang biasanya cukup untuk membeli seluruh kebutuhan – kebutuhan
kini tidak cukup lagi untuk membeli semua kebutuhan dikarenakan harganya
terpaut melambung tinggi. apabila kebutuhan – kebutuhan masyarakat kurang, maka
dapat menyebabkan meningkatnya tindakan – tindakan criminal sehingga keamanan
lingkungan pun akan menurun. kebijakan tersebut tidak hanya berimbas kepada
kebutuhan pokok namun berimbas juga kepada laju pertumbuhan ekonomi.
pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan melamban dan daya saing akan menurun.
Apabila
pemerintah ingin menaikkan harga BBM harusnya tidak langsung melonjak seperti
ini dikarenakan harga – harga barang pun ikut melambung tinggi.seharusnya
Pemerintah menaikkan harga BBM cukup per tahun atau dua tahun sekali dinaikkan
sebesar Rp500,- di tahun – tahun
sebelumnya, sehingga harga – harga barang kebutuhan pokok akan lebih
terkendali.
2. Krisis
Moneter di Indonesia
Krisis
moneter yang melanda negara ASEAN, termasuk Indonesia, telah menyebabkan
rusaknya sendi-sendi perekonomian nasional. Krisis moneter menyebabkan
terjadinya imported inflation sebagai akibat dari terdepresiasinya secara tajam
nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, yang selanjutnya mengakibatkan
tekanan inflasi yang berat bagi Indonesia. Fenomena inflasi di Indonesia
sebenarnya semata-mata bukan merupakan suatu fenomena jangka pendek saja dan
yang terjadi secara situasional, tetapi seperti halnya yang umum terjadi pada ystem-negara
yang sedang berkembang lainnya, masalah inflasi di Indonesia lebih pada masalah
inflasi jangka panjang karena masih terdapatnya hambatan- hambatan dalam
perekonomian. Dengan demikian, maka pembenahan masalah inflasi di Indonesia
tidak cukup dilakukan dengan menggunakan instrumen moneter saja. Devaluasi
menjadi penyebab utama terjadinya krisis ekonomi di Asia dan akhirnya
menimbulkan masalah inflasi di dalam negeri.Inflasi merupakan masalah ekonomi
makro yang mempengaruhi perekonomiaan secara riil karena memberikan tekanan
bagi investasi dan menghalangi pertumbuhan ekonomi.Penelitian World Bank (World
Bank Institute Home Page, retrieve Februari 2000) mengenai inflasi dan
pertumbuhan di 127 negara antara tahun 1960-1992 menunjukkan adanya hubungan
yang erat antara tingkat inflasi dan penurunan pertumbuhan ekonomi.Pada
penelitian tersebut ditemukan bahwa pada tingkat inflasi yang rendah-menengah
(20-40%) tidak secara langsung menyebabkan penurunan pertumbuhan sedangkan tingkat
inflasi diatas 40% merupakan inflasi yang sangat membahayakan.Berdasarkan
fakta-fakta tersebut diatas inflasi merupakan masalah ekonomi makro yang perlu
mendapat perhatian baik untuk mencari penyebab maupun solusi untuk
mengatasinya.Banyak pendapat yang mengatakan bahwa inflasi di Indonesia lebih
didominasi oleh penyebab non ekonomis.Permasalahan penyebab ekonomis dan non
ekonomis di Indonesia memang menimbulkan kontroversi yang cukup
tinggi.Aspek-aspek non ekonomis terkadang memberikan pengaruh yang signifikan
bagi perubahan-perubahan ekonomi.
Dalam
tulisan ini, faktor non ekonomis dieliminir dan diasumsikan tidak memberikan
pengaruh yang signifikan pada tingkat inflasi.Fenomena inflasi di Indonesia
sendiri memunculkan banyak pendapat mengenai sumber inflasi dan aspek
kausalitas.inflasi di Indonesia dipicu oleh Jumlah uang beredar yang terlampau
besar dan di sisi lain terdapat kelompok yang mengatakan bahwa inflasi di
Indonesia disebabkan karena ketergantungan Indonesia bagi barang impor. Sisi kausalitas inflasi muncul karena inflasi itu
tidak hanya merupakan akibat dari ystem ekonomi namun juga dapat menyebabkan
perubahan ekonomi yang lain.
3. Turunnya
Nilai Riil Kekayaan Masyarakat
Inflasi
menyebabkan turunnya nilai riil kekayaan masyarakat yang berbentuk kas, karena
nilai tukar kas tersebut akan menadi lebih kecil, karena secara nominal harus
menghadapi harga komoditi per satuan yang lebih besar. Sebagai contoh, jika
uang Rp. 10.000,- tadinya bisa dibelikan 10kg beras yang berharga Rp.1000,-/kg,
maka setelah adanya inflasi uang Rp.10.000,- tersebut hanya dapat ditukarkan
dengan 5kg beras saja, karena sekarang harga beras menjadi lebih mahal
(Rp.2000,-/kg). Sebaliknya mereka yang memiliki kekayaan dalam bentuk aktiva
tetap (umumnya golongan ekonomi menengah ke atas) justru diuntungkan dengan
kenaikan harga akibat inflasi tersebut. Dengan demikian inflasi akan membuat
jurang kesenjangan akan semakin lebar.
II.3 Penyebab
Inflasi
Teori Inflasi, Penyebab
Terjadinya Inflasi
Secara
garis besar teori mengenai inflasi ada tiga yaitu Teori Kuantitas (Teori Irving
Fisher), Teori Keynes, dan Teori Strukturalis. Masing-masing menyoroti
aspek-aspek tertentu dari proses inflasi dan masing-masing bukan teori inflasi
yang lengkap yang mencakup semua aspek penting dari proses kenaikan harga ini.
Untuk menerapkannya kita harus menentukan aspek-aspek mana yang dalam keadaan
penting di dalam proses inflasi di suatu negara, dan dengan demikian teori mana
(atau kombinasi teori-teori mana) yang lebih cocok.
II.5 Akibat Inflasi
Dampak Inflasi
Terhadap Kegiatan Ekonomi Masyarakat
A) Dampak
Positif :
1. Peredaran / perputaran barang lebih cepat.
2.Produksi barang-barang bertambah, karena
keuntungan pengusaha bertambah.
3. Kesempatan kerja bertambah, karena terjadi
tambahan investasi.
4.Pendapatan nominal bertambah, tetapi riil
berkurang, karena kenaikan pendapatan kecil.
B) Dampak
Negatif
1. Harga barang-barang dan jasa naik.
2. Nilai dan kepercayaan terhadap uang akan turun
atau berkurang.
3. Menimbulkan tindakan spekulasi.
4. Banyak proyek pembangunan macet atau terlantar.
5. Kesadaran menabung masyarakat berkurang.
II.6 Kebijakan
Dalam Menurunkan Inflasi
II.6.1 Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal
adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian
untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah
uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan
dan belanja pemerintah.
Kebijakan
yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan
kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya
tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Atau dengan kata lain,
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
mendapatkan dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk
membelanjakan dananya dalam rangka melaksanakan pembangunan. Atau, kebijakan
fiskal adalah kebjakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau
pengeluaran Negara. Dari semua unsur APBN dan pajak yang dapat diatur oleh
pemerintah dengan kebijakan fiskal.Contoh kebijakan fiskal adalah apabila
perekonomian nasional mengalami inflasi, pemerintah dapat mengurangi kelebihan
permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan menaikkan pajak
agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan
anggaran.
II.7.2 Kebijakan Moneter
Kebijakan
Moneter adalah kebijakan pemerintah dalam mengatur penawaran uang (jumlah uang
beredar) dan tingkat bunga. Kebijakan ini dilaksanakan oleh Bank Sentral.
Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah, mengurangi
jumlah uang yang beredar dalam upaya mempertahankan kemampuan pertumbuhan
ekonomi sekaligus mengendalikan inflasi.
Jika
yang dilakukan adalah menambah jumlah uang yang beredar, maka dikatakan
pemerintah menempuh kebijakan moneter ekspansif (monetary expansive).
Sebaliknya jika jumlah uang yang beredar dikurangi, maka dikatakan pemerintah
melakukan kebijakan moneter kontraktif atau kebijakan uang ketat (tight money
policy).
Kebijakan moneter
adalah kebijakan dari otoritas moneter (bank sentral) dalam bentuk pengendalian
agregat moneter (seperti uang beredar, uang primer, atau kredit perbankan)
untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Perkembangan
perekonomian yang diinginkan dicerminkan oleh stabilitas harga, pertumbuhan
ekonomi, dan kesempatan kerja yang tersedia.
A.
Tujuan Kebijakan Moneter
1. Mengedarkan mata uang
sebagai alat pertukaran (medium of exchange) dalam perekonomian.
2. Mempertahankan
keseimbangan antara kebutuhan likuiditas perekonomian dan stabilitas tingkat
harga.
3. Distribusi
likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan pada
berbagai sektor ekonomi.
4. Membantu pemerintah
melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat terealisasi melalui sumber
penerimaan yang normal.
B.
Fungsi Bank Sentral
1. Mengedarkan
mata uang
2. Stabilisasi
nilai uang
3. Pengarah
sistem perbankan
4. Pelaksana
kebijakan moneter
5. Menjalankan
fungsi promosi, regulasi, dan supervisi
6. Bank
dan penasihat bagi pemerintah
7. Mengatur
sirkulasi uang dan kredit
8. Sumber
likuiditas akhir bagi sistem perbankan dan finansial
9. Memonitor
dan mengelola neraca pembayaran dan nilai tukar
C.
Jenis-jenis Kebijakan Moneter
1. Kebijakan moneter ketat
(tight money policy) untuk mengurangi/membatasi jumlah uang beredar. Kebijakan
ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi.
2. Kebijakan moneter longgar (easy money
policy) untuk menambah jumlah uang beredar. Kebijakan
ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli
masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau
depresi.
D.
Bentuk-bentuk Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dibedakan atas
kebijakan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. kebijakan moneter
kuantitatif merupakan kebijakan umum yang berusaha untuk mempengaruhi jumlah
uang yang beredar dan tingkat bunga dalam perekonomian. Sedangkan kebijakan
kualitatif bersifat kebijakan terpilih atas beberapa aspek masalah moneter yang
dihadapi pemerintah.
E.
Kebijakan Moneter Kuantitatif
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market
Operation)
Operasi pasar
terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli
surat berharga pemerintah (government securities) yang dilakukan oleh Bank
Sentral. Jika ingin menambah jumlah uang beredar pada saat perekonomian sedang
mengalami “kelesuan” atau resesi, Bank Sentral akan membeli surat berharga yang
sehingga uang yang beredar bertambah jumlahnya karena pembayaran yang dilakukan
Bank Sentral menyebabkan cadangan yang ada pada bank-bank umum menjadi
bertambah besar. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
Bank Sentral akan menjual surat berharga kepada masyarakat. Surat berharga
pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat
Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Yang dimaksud
tingkat bunga diskonto ialah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah kepada
bank umum yang meminjam kepada bank sentral. Bila pemerintah ingin menambah
jumlah uang yang beredar, maka pemerintah menurunkan tingkat bunga pinjaman
(tingkat diskonto). Dengan tingkat bunga yang lebih rendah maka masyarakat
tidak tertarik untuk menabung dan suku bunga kredit akan turun dan
mengakibatkan masyarakat banyak tertarik untuk mengajukan pinjaman ke bank
sehingga akan meningkatkan keinginan bank-bank umum untuk meminjam kepada bank
sentral. Dengan demikian jumlah uang yang beredar di masyarakat menjadi
bertambah.Penurunan suku bunga biasanya dilakukan pada saat perekonomian
mengalami kelesuan (resesi). Sebaliknya jika
ingin menahan laju pertambahan jumlah uang beredar, pemerintah menaikan tingkat
bunga pinjaman. Hal ini akan membuatmasyarakat tertarik untuk menyimpan uang di
bank dengan demikian jumlah uang yang beredar berkurang. Selain itu kenaikan
suku bunga tabungan akan meningkat suku bunga kredit, dengan naiknya suku bunga
kredit orang akan enggan untuk mengajukan kredit sehingga keinginan bank-bank
umum untuk meminjam kepada bank sentral.
sehingga pertambahan jumlah uang yang beredar bisa ditekan.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve
Requirement Ratio)
Penetapan rasio
cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang beredar. Jika rasio cadangan
wajib diperbesar, maka kemampuan bank untuk memberikan kredit menjadi lebih
kecil dibanding sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar. Demikian juga sebaliknya jika bank sentral ingin menambah jumlah uang
yang beredar untuk menggerakan kegiatan ekonomi dapat dilakukan dengan
menurunkan rasio cadangan minimum di bank-bank umum.
F.
Kebijakan Moneter Kualitatif
1. Pengawasan
Kredit secara selektif
Pengawasan
kredit secara selektif merupakan politik bank sentral untuk mengurangi jumlah
uang yang beredar dengan cara memperketat pemberian kredityang bertujuan untuk
memastikan bahwa bank-bank umum memberikan kredit /pinjaman sesuai dengan
program yang dijalankan pemerintah. Misalnya, untuk mendorong kegiatan di
sektor industri, bank sentral dapat membuat peraturan terhadap bank-bank umum.
Peraturan tersebut mengharuskan bank-bank umum untuk meminjamkan sebagian
dananya kepada usaha-usaha di bidang industri.
2. Imbauan
Moral (Moral Persuasion)
Dengan imbauan
moral, otoritas moneter mencoba mengarahkan dan mengendalikan uang yang
beredar. Misalnya, Gubernur Bank Indonesia selaku bank sentral dapat memberikan
saran agar perbankan berhati-hati dengan kreditnyaatau membatasi keinginannya
untuk meminjamkan uang dari bank sentral. Adapun contoh lain seperti menghimbau
perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk
mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke
bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
3. Politik
sanering
Ini dilakukan
bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI pada tanggal 13
Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp.1.
II.7.3 Kebijakan Sektor Riil
Mengatasi
Inflasi dengan Instrumen Sektor Riil Merupakan kebijakan yang tidak berhubungan
dengan pemerintah maupun jumlah uang yang beredar. Cara ini merupakan langkah untuk
mengatasi Inflasi. Kebijakan Riil dapat dilakukan melalui Instrumen sebagai
berikut :
1. Mendorong agar pengusaha menaikkan
hasil produksinya
Pemerintah
mendorong peningkatan produksi barang dan jasa serta memperlancar alirannnya
hingga sampai ke pengguna akhir (konsumen). Cara ini cukup efektif mengingat
Inflasi disebabkan oleh kenaikkan jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan
jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu Pemerintah membuat prioritas produksi
atau bantuan (Subsidi) kepada produksi bahan bakar, produksi beras.
2. Menekankan tingkat Upah
Merupakan
upaya menstabilkan upah atau gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering
dinaikkan karena kenaikkan yang sering dilakukan akan meningkatkan daya beli
dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang- barang secara
keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan Inflasi.
3. Pemerintah melakukan pengawasan harga
dan sekaligus menetapkan harga maksimal
Pengendalian
harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang tidak
baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka
distribusi barang harus dapat dilakukan dengan.
4. Pemerintah melakukan distribusi
secara langsung
Maksudnya
agar tidak terjadi kenaikkan harga, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah
dalam menetapkan harga tertinggi (Harga Eceran Tertinggi/HET). Pengendalian
harga yang tidak baik tidak akan berhasil tanpa adanya pengawasan. Pengawasan
yang tidak baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar
gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan ystem, seperti yang
dilakukan pemerintah melalui Bulog atau KUD.
5. Penanggulangan Inflasi yang sangat
parah (Hyper Inflation)
Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper
inflation) ditempuh dengan cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata
uang).Sanering berasal dari bahasa Belanda yang berarti penyehatan,
pembersihan, reorganisasi.
Kebijakan
sanering antara lain:
a. Penurunan nilai uang
Pembekuan sebagian simpanan pada bank-bank dengan
ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka
panjang oleh pemerintah. Senering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada
tahun 1960-an pada saat inflasi mencapai 650%. Pemerintah memotong nilai mata
uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.
b. Kebijakan yang berkaitan dengan Output
Kenaikan
output dapat memperkecil laju Inflasi, kenaikkan jumlah output ini dapat
dicapai misalnya dengan kebijakkan penurunan bea masuk sehingga impor barang
cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung
menurunkan harga.
c.
Kebijakkan penentuan harga dan indexing yang dilakukan dengan ceiling price
d.
Devaluasi
Adalah
penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Jika hal
tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang
dalam negeri tetap stabil. Istilah Devaluasi sering pulla dikaitkan dengan
menurunnya nilai uang suatu Negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi
juga merujuk kepada kebijakkan Pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri
terhadap mata uang asing.
6. Pemerintah menstimulus bank untuk memberikan
kredit lebih spesifik kepada UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)
Contohnya
bank BRI mencanangkan tahun ini sebagai Microyear.
7. Menekan arus barang impor dengan cara
menaikkan pajak
8. Rencana jangka menengah pemerintah harus
memfokuskan pembangunan infrastruktur desa karena pembangunan berasal dari
pedesaan
9. Menstimulus masyarakat untuk
menggunakan produk dalam negeri
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Inflasi
adalah sebuah masalah yang menjadi salah satu sorotan pemerintah , inflasi ini
menjadi suatu kesulitan dalam memajukan perekonomian Indonesia. Inflasi ini
diartikan sebagai suatu proses dari suatu peristiwa meningkatnya harga-harga
secara umum secara terus-menerus. Inflasi ini berkaitan dengan mekanisme pasar
yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya konsumsi masyarakat Indonesia
yang selalu meningkat, berlebihannya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi
atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran
distribusi suatu barang. Dengan kata lain inflasi ini juga merupakan proses
menurunnya nilai suatu mata uang secara terus-menerus.
Dalam
permasalahan inflasi ini sangat diperlukan akan solusi dalam menghadapi
permasalahan seperti ini. Inflasi merupakan masalah yang dihadapi oleh suatu
Negara yang masalah tersebut tidak bisa dihilangkan. tapi inflasi sendiri bisa
dicegah dengan menggunakan berbagai kebijakan seperti kebijakan fiscal,
kebijakan moneter, sector riil, dan moral.
Post a Comment