Pages

Monday, December 22, 2014

Komunikasi non-verbal

PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Komunikasi Non-Verbal
Secara sederhana komunikasi nonverbal dapat didefinisikan sebagai berikut: non berarti tidak, verbal bermakna kata-kata (words), sehingga komunikasi nonverbal dimaknai sebagai komunikasi tanpa kata-kata. Menurut Adler dan Rodman dalam bukunya Understanding Human Communication, batasan yang sederhana tersebut merupakan langkah awal untuk membedakan apa yang disebssut dengan vocal communication yaitu tindak komunikasi yang menggunakan mulut dan verbal communication yaitu tindakan komunikasi yang menggunakan kata-kata.
Dengan demikian definisi kerja dari komunikasi nonverbal adalah pesan lisan dan bukan lisan yang dinyatakan melalui alat lain di luar alat kebahasaan (oral and nonoral messages expressed by other than linguistic means).

2.2 Teori-Teori Komunikasi Non-Verbal
Kajian  pertama mengenai komunikasi nonverbal ditermukan pada zaman Aristoteles (400-600 SM). Namun studi ilmiahnya yang berkaitan dengan  retorika, baru dilakukan pada zaman Yunani dan Romawi Kuno. Dalam perkembangan berikutnya dikenal tokoh-tokoh seperti:
           Cicero dengan  karyanya PRONUNTIATIO atau cara berpidato dengan  memanfaatkan  
elemen-elemen nonverbal (public speaking);
           Joshua Steele dengan studi tentang komunikasi nonverbal pada suara sebagai suatu instrument
yang disebut PROSODY (bahasa dalam drama atau puisi dapat dibaca hampir seperti notasi
musik);
           Gilbert Austin dengan studi tentang gerakan-gerakan badan yang dihubungkan dengan
bahasa, yang disebut sebagai ELOCUTIONARY SYSTEM (seni deklamasi).
           Francois Delserte yang menggabungkan suara dan gerakan2 badan sekaligus yang
merupakan agents of heart.



2.3 Jenis-Jenis Komunikasi Non-Verbal
1.    Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2.    Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang  berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
3.    Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.


4.    Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih.  Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
5.    Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
6.    Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.


7.    Proxemik
Proxemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda gunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi Anda berada. Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat keakraban Anda dengan orang lain, menunjukkan seberapa besar penghargaan, suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain, selain itu juga menunjukkan simbol sosial. Dalam ruang personal, dapat dibedakan menjadi 4 ruang interpersonal :
·         Jarak intim (0-45cm)
Jarak dari mulai bersentuhan sampai jarak satu setengah kaki. Biasanya jarak ini untuk bercinta, melindungi, dan menyenangkan.
·         Jarak personal (75-120cm)
Jarak yang menunjukkan perasaan masing - masing pihak yang berkomunikasi dan juga menunjukkan keakraban dalam suatu hubungan, jarak ini berkisar antara satu setengah kaki sampai empat kaki.
·         Jarak sosial (120-210 atau 210-360 formal)
Dalam jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran orang lain, karena itu dalam jarak ini pembicara berusaha tidak mengganggu dan menekan orang lain, keberadaannya terlihat dari pengaturan jarak antara empat kaki hingga dua belas kaki.
·         Jarak publik (360-450 cm)
Jarak publik yakni berkisar antara dua belas kaki sampai tak terhingga.

8.    Kontak Mata
Kontak mata merupakan alat komunikasi nonverbal paling penting. Hal ini memungkinkan Anda untuk berhubungan dengan audiens dalam memproyeksikan kesungguhan dan keterbukaan, dan menjaga perhatiannya. Apakah kontak mata Anda agresif, apakah lunak, apakah itu mengundang, apakah Anda dapat mengasihi dengan mata? Kontak mata adalah seni namun sangat sulit untuk menguasainya, tetapi penting untuk menghasilkan komunikasi yang efektif.
Kontak mata memberikan informasi sosial terhadap orang yang Anda ajak mendengarkan dan berbicara. Terlalu banyak kontak mata akan dipandang sebagai seseorang yang agresif, kontak mata Anda yang terlalu sedikit, dapat dipandang sebagai seseorang yang tidak memiliki kepentingan didepan lawan bicara Anda.
9.    Paralanguage
Merupakan suara-suara/vokal nonverbal yang merupakan aspek-aspek dari percakapan, seperti kecepatan berbicara: volume, ritme; bentuk-bentuk vokal: tertawa, pekikan, rintihan, uh, ahh, dan sebagainya.
10.  Diam
Diam bukan berarti tidak melakukan komunikasi. Diam dapat diartikan sebagai berikut:
·         Memberi kesempatan berpikir
·         Menyakiti
·         Mengisolasi diri sendiri
·         Mencegah komunikasi
·         Mengkomunikasikan perasaan
·         Tidak menyampaikan sesuatupun









2.4 Fungsi Komunikasi Non-Verbal

1.      Repetisi
Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal. Misalnya, Anda menganggukkan kepala ketika mengatakan "Ya," atau menggelengkan kepala ketika mengatakan "Tidak," atau menunjukkan arah (dengan telunjuk) ke mana seseorang harus pergi untuk menemukan WC.
2.      Subtitusi
Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi tanpa berbicara Anda bisa berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, seorang pengamen mendatangi mobil Anda kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun Anda menggoyangkan tangan Anda dengan telapak tangan mengarah ke depan (sebagai kata pengganti "Tidak").
Isyarat nonverbal yang menggantikan kata atau frasa inilah yang disebut emblem.
3.      Kontradiksi
Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal dan bisa memberikan makna lain terhadap pesan verbal . Misalnya, Anda memuji prestasi teman sambil mencibirkan bibir.

4.      Aksentuasi

Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya, menggunakan gerakan tangan, nada suara yang melambat ketika berpidato. Isyarat nonverball tersebut disebut affect display.

5.      Komplemen

Perilaku Nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya, saat kuliah akan berakhir, Anda melihat jam tangan dua-tiga kali sehingga dosen segera menutup kuliahnya.

6.      Regulasi

Gerak-gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan untuk mengatur pesan verbal. Misalnya mengerutkan bibir, mencondongkan badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan keinginan mengatakan sesuatu. Bisa juga mengangkat tangan atau menyuarakan jenak (pause) (misalnya, dengan menggumamkan “umm”) untuk memperhatikan bahwa anda belum selesai bicara.

 

 

DAFTAR PUSTAKA


http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_nonverbal#Variasi_budaya_dalam_komunikasi_nonverbal
http://michymatasa.blogspot.com/2013/11/contoh-komunikasi-verbal-dan-non-verbal.html
http://khusnia.wordpress.com/pengantar-ilmu-komunikasi/07-komunikasi-nonverbal/
http://lutfifauzan.wordpress.com/2009/11/19/komunikasi-non-verbal/






 

 

 

No comments:

Post a Comment